AFIFAH ARMY AGE

Lahir di Sragen tahun 1995 lalu yang kemudian menjalani takdir di Kota Malang....

Selengkapnya
Navigasi Web
BUDE ANING (Bullying Decrease with Assertive Training)
Sumber Gambar: Pexels.com

BUDE ANING (Bullying Decrease with Assertive Training)

Boarding School selalu memiliki cerita dalam perjalanannya. Masih hangat ingatan dalam masa pandemi lalu, saat ini sudah mulai lagi pelaksanaan kegiatan pembelajaran tatap muka. Masa transisi pembelajaran daring ke tatap muka yang perlu dilalui oleh peserta didik memiliki dampak yang bermacam-macam, selain perlu menumbuhkan semangat lagi untuk belajar di sekolah setelah beberapa bulan belajar di rumah, peserta didik perlu membiasakan diri lagi dalam berinteraksi secara langsung terhadap teman seangkatan maupun angkatan lain ketika di asrama. Hal ini memunculkan reaksi perilaku yang berbeda-beda dari peserta didik, terdapat peserta didik yang menunjukkan perilaku yang ideal dan taat aturan, namun ada juga peserta didik yang masih perlu berupaya lebih dalam adaptasi karena menunjukkan perilaku yang kurang sesuai dengan aturan.

Perilaku kurang sesuai yang ditunjukkan oleh peserta didik saat berinteraksi secara langsung adalah adanya indikasi bullying. Kondisi sekolah boarding memungkinkan terjadinya interaksi lebih banyak antar peserta didik sehingga memunculkan indikasi bullying tersebut. Indikasi yang ditunjukkan berada di level ringan sampai berat baik secara verbal maupun non verbal. Bullying ini biasanya dilakukan oleh peserta didik yang merasa lebih punya power terhadap peserta didik yang dianggap lebih lemah.

Bagi peserta didik yang terdata sebagai pelaku bullying, menganggap hal yang dilakukan adalah biasa saja dan murni dilakukan untuk menjalin interaksi yang lebih akrab. Namun, bagi peserta didik lain yang merasa sebagai korban bullying, menganggap bahwa perilaku tersebut sudah melampaui batas dan tidak bisa diabaikan.

Adanya perbedaan anggapan tersebut, membutuhkan pemahaman bagi peserta didik agar mereka lebih memahami dan membedakan mana interaksi sosial yang sesuai dan diperbolehkan, serta mana interaksi sosial yang kurang sesuai dan perlu perhatian khusus seperti interaksi yang terindikasi bullying tersebut.

Selain pemahaman yang perlu dimiliki oleh peserta didik terkait dengan bullying, mereka juga perlu memiliki keterampilan untuk membentengi diri jika terdapat tindakan yang terindikasi bullying. Salah satu keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik adalah keterampilan asertif. Menurut Peterson (2021) perilaku asertif menempati jalan tengah antara perilaku agresif dan pasif, dan ini penting karena memungkinkan seseorang untuk menanggapi tindakan bullying dengan cara menghentikan agresi lebih lanjut, karena asertif tidak akan meningkatkan situasi dengan jawaban provokatif, atau membiarkan diri mereka menjadi begitu pasif sehingga tampak tidak berdaya dihadapan yang mem-bully. Keterampilan asertif ini mengacu pada kemampuan individu dalam menunjukkan ketegasan dan keberanian mengekspresikan dan pengungkapan diri secara terbuka dan jujur.

Apabila individu mampu mengungkapkan perasaan negatif (marah, jengkel) secara jujur sesuai dengan apa yang dirasakan tanpa menyalahkan orang lain, maka ia telah mampu berperilaku asertif. Berperilaku asertif, tidak hanya terbatas untuk mengungkapkan perasaan yang positif (senang) tetapi juga yang negatif seperti yang disampaikan oleh Santrock (dalam Afif: 2018) Asertifitas adalah tingkah laku yang menampilkan keberanian secara jujur dan terbuka saat menyatakan keinginan, perasaan, dan segala pikiran apa adanya, tanpa menyinggung individu lain dan tetap mempertahankan hak sendiri.

Sikap asertif tidak langsung dimiliki setiap individu, melainkan masih perlu dilatih dan dikembangkan. Oleh karenanya, dengan adanya pelatihan sikap asertif diharap semakin membuat peserta didik lebih resilien dan dapat menghadapi tantangan sehari-hari tidak hanya di sekolah dan asrama, melainkan saat bersosialisasi yang lebih umum.

Dengan demikian, melalui Pelatihan asertif menjadi upaya dalam melatih diri agar dapat terbentengi dari tindakan bullying. Teknik ini dilakukan untuk mengurangi rasa takut yang berhubungan dengan situasi sosial dan interpersonal. Ketika tindakan bullying terjadi, peserta didik dapat mengatasinya dengan menunjukkan perilaku yang percaya diri serta terbuka mengungkapkan perasaan diri sehingga tidak dianggap lemah saat berinteraksi, hal seperti ini yang diharapkan dapat mereduksi tindakan bullying.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post