Ade Erma Wardani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Rasa

Chapter 11 by Ade Erma Wardani

Kluning kluning kluning ,,, bunyi nada hp Een berhamburan. Ada 850 pesan yang masuk. Kebanyakan dari group yang seperti biasa chatting tak menentu arah, hanya obrolan kacang. Dibuka satu persatu pesan yang masuk dari atas dan discroll ke bawah, bila berkenan dibaca sampe habis bila tidak langsung delete nada suka-suka. Ada satu nama yang selalu dicari tapi tak kunjung ada. Discroll berulang kali tapi tetep tidak ada pesan dari nya. Tumben," batin Een lirih. Tidak seperti biasanya Aa Ilham seperti ini. Aura negatif berkecamuk dalam pikirannya tentang dia. Kesimpulan positif terus berjalan diotaknya. Selalu seperti itu di setiap waktu bila Aa tidak kasih kabar atau telpon. Selalu beranggapan bahwa dia sudah tidaj perduli lagi, tidak sayang, tidak mempeehatikan, egois, dan lain-lain dan lain lain. Semua itu berkecamuk dalam rasa yang berhambur. Een coba tulis pesan dan dikirim ke dia. Pesan sangat singkat. 5 menit berlalu tidak ada balasan. 10 menit terlewat tetep dalam kebisuan. Sudah 30 menit menunggu dalam sabarnya tetep tidak terbalas. Icon di layar online dan centang biru 2 itu berarti sms nya sudah terkirim. Berkecamuk rasa menjalar dalam batinnya. Rasa kesal dan dongkol tak terkira. Sumpah serapah keluar dari mulut manisnya. Tercecer dengan derasnya. Tumpah ruah dalam emosi yang ada. Disambarnya tas yang tergelatak tanpa nada di meja. Dicangklong sekenanya di bahunya. Bergegas keluar ruang kantor dengan seribu rasa. Dibuka hpnya dan data seluler dimatikan. Hp nya teronggok kaku dalam tas. Een masuk mobilnya dan melaju di kelokan jalan raya dengan kencang, tembus 80 km/jam. Biasanya pelan mengikuti alunan nada Celine Dion kesukaannya dengan 7 oktafnya. Sore itu tak ada musik dalam mobilnya, musik pop, kenangan ataupun rock keras. Gun n Roses yang menggelepar dalam nadanya pun terlewat. Semakin kencang lajunya memasuki jalan tol. Dipercepat dengan sekali injakan gas bak formula 1 sedang berlaga. Arah ke rumahnya tidak lewat jalur tol. Namun rasa yang dirasa Een harus melewati jalan tol. Satu pintu tol terlewati. 2 pintu tol teelampaui. Laju mobil Een pelan dan belok kiri. Ada pujasera kesukaanya. Menu yang ditawarkan masih sama seperti seminggu yang lalu. Ikan gurame bakar dengan 2 rasa, segala menu ikan laut dan ikan kali, sambel mercon 5 tingkat, sayur asem dan lalapan. Ada pete rebus tergelantung sangat memikat rasa. Pukul 5 sore, tidak biasanya penuh dan kursi terduduki semua oleh pelanggan. Semua terlihat asyik dengan santapannya. Banyak kursi yang berpasangan. Een duduk di depan kasir sambil mengetuk ngetuk meja dengan kunci mobilnya.

Mbak ... tidak ada 1 kursi untukku, " tanya Een membuka kata.

Iya teh .. gimana ya, mau nunggu silahkan, " jawab mbak kasir dengan lembut.

Berapa lama??? Sat dua tiga atau 5 jam ... deee ... mbaknya gimana," kata Een lagi.

Hummm ... , " mbak kasir hanya berdehem dan tersenyum.

Satu pasangan beranjak dari kursi, seketika Een meluncur dan duduk manis dengan meja yang masih kotor dengan piring sisa makanan. Yang pasti sudah dapat kursi. Pelayan baru datang dan dengan sekejap membersihkan yang ada. Een sudah memesan makanannya. Sore ini perut berasa keroncongan karena dari siang ga kemasukan makanan. Sore ini ingin kepiting saos tiram super pedes, juice 3 buah dan spageti bolognese. Rasa hambar di mulutnya akan terpuaskan. 5 menit berlalu, pesanan sudah disajikan. Hummm yummy dubby ..," erang Een lirih.

Disantapnya satu satu dengan lahapnya. Saat santapan ke 4 sedang meluncur ke mulutnya, arah jarum jam .. mulutnya masih menganga.

Aa Ilham .... dengan siapa? Begitu mesra wanita itu menggandeng lengannya. Begitu renyah tawanya," ucap Een lirih.

Hati Een remuk membara menyala dalam bara. Ditinggalkan makanannya yang belum habis tersentuh satu dua. Kabur dengan sejuta rasa marah setelah membayar di kasir.

Teh ... kembaliannya, " mbak kasir teriak sambil melambai tangannya.

Een tidak memperdulikan panggilan mbak kasir itu. Tangisnya buncah dalam deru mobilnya yang super kilat bak kereta executive argolawu. Sejuta rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata. Diputarnya lagu keras dengan volume paling tinggi mencoba menepiskan apa yang barusan dilihatnya. Ditumpahkan dalam derai air mata sampai gerbang perumahan. Rasa kacau rasa galau tumpah ruah. Tapi hati harus tetap tegar.

*bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post