Seorang guru pasti memiliki integritas yang tinggi untuk menjaga marwah keilmuan keguruannya. Kemuliaan suatu ilmu terletak pada ilmu itu sendiri. Kemuliaan Ilmu akan semakin tinggi ketika berada di tangan seorang alim yang bisa menjaga status dirinya sebagai orang alim (Ahli Ilmu). Begitulah yang selama ini selalu terpatri dalam sanubari pencari ilmu dan pemberi ilmu.

Apalagi Alloh dengan sangat jelas memberikan posisi sangat istimewa bagi mereka yang memiliki keahlian ilmu tertentu dan itu pasti tempat yang berbeda dibandingkan mereka yang tidak ahli ilmu.

Akan tetapi, terkadang kita temui ada upaya-upaya untuk membuat kemurnian ilmu menjadi sedikit ternoda.

Perilaku berpamrih agar mendapat status lebih tinggi, tidak fair dalam membuktikan tingkat keilmuan, memberi label harga tertentu pada hasil keilmuan, sampai bersikap kikir dan sombong ketika ilmu sudah berada dalam genggamannya.

Dalam kasus yang paling sederhana adalah ketika seorang guru dihadapkan pada kenyataan memiliki siswa yang secara keilmuan belum tuntas, sementara di sisi lain siswa tersebut harus menghadapi uji kompetensi atas hasil belajarnya selama 6 tahun, dan standar nilai yang harus dicapai siswa sudah ditentukan batas minimalnya.

Maka tentu tidak ada guru yang rela siswanya tidak lulus uji kompetensinya. Di sinilah muncul upaya yang secara akademik tidak bisa diterima. Membantu siswa dengan beragam cara agar siswa mendapatkan nilai di atas batas minimal. Dan masih banyak kasus lain yang semuanya mencitrakan penodaan pada ilmu.

2 Juni 2022