MediaGuru bakal punya hajat besar akhir tahun ini. Salah satunya adalah Jelajah Literasi Desa Wisata Gunung Kidul, yang insyaa Allah akan dilaksanakan Desember mendatang.

Sebagai persiapan, tim MG dan Majalah Literasi Indonesia sudah melakukan survei lapangan. Di antaranya dengan mencoba kenyamanan homestay sekaligus menjajal kuliner khas setempat. Tempat penginapan di atas perbukitan yang langsung menghadap laut selatan sudah dijamin keelokannya. Apalagi disuguhi sarapan sego (nasi) gendong berbungkus daun jati, makin komplet lezanya.

“Maka nikmat tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Nah, bicara tentang Sego Gendong, sebelumnya saya pikir mirip-mirip dengan Nasi Boranan khas Lamongan. Ternyata tidak. Ternyata sego gendong ini mirip sekali dengan nasi campur tapi dengan amunisi terbatas. Lho, kok begitu? Lha iya. Karena di dalam seporsi sego gendong yang berbungkus daun jati itu isinya adalah nasi, mihun goreng, telur gelundung (godok), tahu bacem, dan sedikit ada sambel goreng tempe.

Menu yang sangat sederhana tapi tetap mengundang selera. Apalagi makannya bersama-sama tim MG yang baik hati meski kadang juga muncul sombongnya juga (hehehe). Makin nikmat, saat makannya langsung di teras cottage menghadap langsung laut pantai selatan yang tak pernah berhenti gemuruh ombaknya.

Kami berlima sangat lahap menghabiskan sego gendong hingga yang tersisa cumalah daun jatinya saja. Rakus? Bukan. Hanya kalap saja, alias kelaparan pool!

Sudah sampai di sini saja tulisan saya. Bila ingin menuntaskan ceritanya, silakan tonton di Youtube saya. Link di bawah tinggal klik langsung tayang.