Perspektif Makna Kata Ewako (Tantangan Menulis Hari ke-190)
Kata “Ewako” (Bugis) atau “Rewako” (Makassar) adalah sepenggal kata yang terdengar asing bagi telinga sebagian masyarakat Indonesia. Hal ini dimaklumi karena kata ini lahir dari kearifan lokal masyarakat Bugis Makassar. Penyebutan kata Ewako biasa digandengkan dengan komunitas atau kelompok masyarakat tertentu, misalnya Ewako kalaki , Ewako PSM dan lain-lain. Lalu apakah arti kata Ewako itu?. Menurut Kamus Populer Bugis-Indonesia, kata ewako atau rewako merupakan terjemahan dari kata ‘berani’ dalam bahasa Indonesia, dan ‘brave’ dalam bahasa Inggris. Keberanian masyarakat Bugis-Makassar tergambar dalam semboyan pelaut Bugis-Makassar “Sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai”. Atau “Tidak begitu saja aku ikut angin buritan lalu aku akan putar kemudiku. Lebih baik aku tenggelam daripada balik haluan.”
Kata ewako kadang juga dikonotasikan negatif apabila kita tidak memahami makna sebenarnya dengan tepat. Ewako dapat dipahami hanya sebuah kata emosional dari seseorang yang menantang orang lainnya untuk berkelahi (adu fisik). Untuk itu kita harus memaknai kata ewako dengan tepat. Salah satu perspektif untuk memaknai kata ewako ialah dengan menggali dan menghayati nilai-nilai kultural masyarakat Bugis-Makassar itu sendiri. Paling tidak ada tiga hal yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Bugis-Makassar, yaitu siri’, pesse’, dan were’.
1. Siri’
Merupakan sebuah sistem nilai sosio-kultural dan kepribadian bagi susku Bugis Makassar. Siri’ merupakan pranata pertahanan diri dan martabat manusia sebagai individu dan anggota masyarakat. Dengan kata lain, siri’ adalah pandangan hidup yang bertujuan untuk mempertahankan harkat dan martabat pribadi, orang lain atau kelompok, dan terutama negara.
2. Pesse’ atau pacce’
secara bahasa berarti pedih, perih. Ini berarti pacce’ mengandung makna rasa iba. Pesse’ bisa juga diartikan sebagai rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, yang menyalakan semangat rela berkorban, bekerja keras dan pantang mundur.
3. Were’
Adalah kepercayaan pada diri sendiri yang teguh, bahwa hanya dengan ketekunan dan kerajinan yang dilandasi dengan kecakapan, kejujuran, kebenaran, ketegasan serta kesabaran, maka nasib seseorang atau sesama warga negara dapat diperbaiki. Kepercayaan pada diri sendiri ini tidaklah dapat dipisahkan dari kepasrahan dan pengandalan diri seseorang terhadap Tuhan. Hal ini tergambar dalam pengajaran adat Bugis-Makassar, “Ajja Muaddennuangngi Abbatiremmu, Naikiya ri Allah Taala ko monro Maddennuang na Muakkatenning Masse”. Artinya: Janganlah mengharapkan asal-usul keturunan, kasih Tuhanlah yang harus diharapkan dan dipegang teguh. Hal ini mengajarkan agar manusia tidak berlaku sombong dengan membanggakan asal usul keturunannya, karena ada yang berkuasa terhadap manusia yaitu Tuhan.
Disamping tiga hal utama di atas dipertegas juga dengan filosofi Bugis Makassar yang mengatakan “Majeppu tania Ugi, narekko tania arona maloo” ini sejalan dengan prinsip Makassar yakni “Teai Mangkasara’ Punna Bokona Loko”. Yang artinya “Bukan Bugis atau Makassar kalau yang luka bukan bagian dada” Sepenggal peribahasa yang menunjukkan sebuah simbol keberanian orang Bugis Makassar, yang pantang mundur dalam menghadapi masalah. Ini sangat berkaitan dengan semangat Ewako yang dimiliki orang Bugis-Makassar. Semangat dan jiwa keberanian ini pula yang mengantarkan orang-orang Bugis-Makassar berkeliling nusantara melawan penjajah, dan sekaligus menuntut balas atas kekalahan mereka.
Kita baca dalam sejarah, bagaimana sepak terjang dan keberanian Karaeng Galesong di Madura, Syech Yusuf di Banten bahkan sampai Madagaskar di Afrika Selatan, atau Raja Haji Fisabililah di bumi Melayu. Mereka adalah contoh kecil dari banyak tokoh Bugis Makassar yang menorehkan sejarah di bumi persada maupun di mancanegara, yang jasa-jasa dan hasil perjuangannya tetap terkenang abadi sampai saat ini.
//
#Soppeng, 28092020
#Salamaki To Pada Salama
#Tantangan Menulis 365 Hari
#TaGur Hari ke-190


Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantab Pak. Semangat berliterasi, semoga sukses selalu. Amin.
Aamiinn yra..trims pak Edi....slm litwrasi
Wow, penjelasannya mencerahkan!
Trims bu Ija da mampirr
Mantabbb pak, baru tahu saya jg... terima kasih...sukses slalu
Trims Pak Rahmadi...salam literasi Ewako