MERAH PUTIH YANG TERTINGGAL
Mentari pagi mulai naik di ufuk timur, menghangatkan halaman SD Negeri Waru Timur 2 yang sempit. Hari Senin, seperti biasa, adalah hari dimulainya rutinitas sekolah dengan upacara bendera. Angin pagi pegunungan berhembus pelan dan terasa lembut menggoyangkan daun-daun pepohonan yang tumbuh di pinggir halaman sekolah. Derap langkah para siswa yang bersiap sudah berbaris rapi, mengenakan seragam merah putih kebanggaan mereka. Ada yang masih mengantuk, ada yang semangat, ada pula yang sibuk bergurau sesama temannya dan juga yang berteriah memanggil temannya untuk cepat berkumpul karena sebentar lagi upacara dimulai.
Miftah, seorang siswa kelas enam, berdiri di barisan paling depan. Hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu. Sebagai petugas pengibar bendera, ia merasa bangga sekaligus gugup. Sejak kecil, ia bercita-cita untuk bisa menjadi bagian dari pasukan pengibar bendera di sekolahnya.
"Siap?" bisik Rohani, sahabatnya yang bertugas sebagai pembentang bendera.
Miftah mengangguk mantap.
Di barisan paling depan, berdiri Tegar, sang ketua kelas 6. Posturnya tegap, wajahnya bersemangat. Ia selalu menjadi contoh bagi siswa lain. Yusuf percaya, upacara bendera bukan hanya sekadar formalitas, tapi juga momen untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air.
Tiba-tiba, dari arah belakang, muncul seorang siswa terlambat. Dia adalah Sultoni dipanggil Toni, si anak bandel. Rambutnya gondrong, seragamnya berantakan. Toni memang sering melanggar peraturan sekolah. Namun, hari ini ia berusaha untuk tidak terlambat.
"Maaf, Pak, saya terlambat," kata Toni dengan nada menyesal kepada Pak Lukman, guru yang berjaga di gerbang.
Pak Lukman menghela napas. "Toni, kamu ini sudah sering terlambat. Upacara bendera itu penting. hargai perjuangan para pahlawan," nasihat Pak Lukman dengan sabar.
Toni hanya menunduk. Ia tahu Pak Lukman benar. Sebenarnya, ia juga ingin berubah. Ia ingin menjadi siswa yang disiplin dan berprestasi.
Ketika suara pemimpin upacara memberi aba-aba, Rohani dan teman-temannya melangkah maju. Dengan penuh kehormatan, mereka mulai menaikkan Sang Saka Merah Putih diiringi lagu kebagsaan Indonesia Raya dengan penuh khikmad. Bendera itu perlahan-lahan naik, berkibar anggun di bawah langit biru. Semua mata tertuju padanya.
Namun tiba-tiba, sesuatu terjadi. Tali bendera tersangkut, bendera berhenti naik di tengah tiang. Jantung Rohani mulai berdegup kencang. Para guru dan siswa tetap melanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya. "Lanjutkan Rohan, kata Pak Rahman" dengan suara pelan dan tenang, sementara sebagian siswa menatap cemas.
Dengan cepat, Rohani mengambil keputusan. Ia menarik tali perlahan-lahan, mencoba melepaskan lilitan yang menyangkut di katrol. Namun, usahanya belum berhasil. Peluh mulai membasahi dahinya.
"Ayo Rohan, kita bisa!" bisik Miftah dengan penuh semangat.
Rohani menarik napas dalam-dalam, menenangkan diri. Ia kembali mencoba menarik dan mengendurkan tali dengan gerakan yang lebih hati-hati. Sekejap kemudian, tali terlepas, dan bendera kembali naik dengan mulus hingga ke puncak tiang.
Semua siswa bersorak kecil, tetapi segera kembali diam ketika lagu Indonesia Raya tetap berkumandang. Rohani tersenyum lega. Di dalam hatinya, ia merasa bangga telah menjalankan tugas dengan baik.
Ketika upacara selesai, Pak Salam, guru olahraga sekaligus pembina upacara, menepuk pundaknya.
"Kamu hebat, Rohan. Kamu tidak panik dan tetap tenang. Itulah sikap seorang pemimpin sejati," katanya.
Rohani tersenyum. Hari ini, bendera merah putih tidak hanya berkibar di langit, tetapi juga di hatinya. Ia belajar bahwa keberanian dan ketenangan adalah kunci dalam menghadapi tantangan.
Upacara bendera setiap hari Senin menjadi momen penting bagi Rohani dan teman-temannya. Dari yang awalnya hanya dianggap sebagai formalitas, upacara bendera telah menjadi motivasi bagi Rohani untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Salam semangat, Sehat dan Selalu bersyukur
SDN WARTIM 2 BERKAH
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar