Malam terasa semakin sepi. Kampungku benar-benar seperti kampung mati.Mungkin karena mereka sangat lelah dengan aktivitas seharian. Hanya binatang malam yang terdengar samar-samar. Begitu pula dengan kendaraan sekejap terlintas seakan-akan memecahkan keheningan. Tak berselang lama suaranyapun hilang seakan ditelan sunyinya malam.Aku terus bermain dengan tombol-tombol laptop. Sekan-akan tak ingin berhenti.maklum pekerjaanku belum juga selesai. Padahal tubuhku sangat membutuhkan istirahat. Akan tetapi apa hendak dikata perasaan ingin istirahat itu harus benar-benar aku tepis. Terlebih bayangan seharian bekerja terrekam jelas dalam memoriku.

Aku mencoba merenungi apa yang sudah aku lakukan selama seharian. Terlebih setelah banyak membaca pesan lewat gawaiku. Teman seprofesi yang sangat peduli akan rekan-rekan guru honorer yang baru menyelesaikan seleksi P3K. Banyak warna keluh kesah yang mereka sampaikan. Pengabdian belasan tahun seakan menjadipenanian panjang untuk mengabdi pada negeri. Mereka hanya diberi honorarium alakadarnya. Maka sangat pantas bila rekan ku berkeluh kesah memberikan dukungan dan doa agar mereka segera dianggakat menjadi PNS.

Demikian pula dengan diriku. Secara historis memiliki perjuangan yang sama dengan mereka belasan tahun yang lalu. Aku sangat memahami kegelisahan mereka. Keinginan mereka. Bahkan harapan mereka. Waktu yang begitu panjang seakan menjadi catatan sejarah tersendiri bagi mereka apabila perjuangannya tidak sesuai dengan harapan. Bahkan tidak menutup kemungkinan mereka berhenti mengabdi pada negeri. Padahal secara kasat mata, meraka orang-orang pejuang. Mereka berperan mencerdaskan anak bangsa. Bahkan dalam suatu waktu, aku menyaksikan sendiri bagaimana mereka mengikuti seleksi dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Semoga mereka mendapatkan hasil yang optimal.