Hari masih pagi. Seperti biasanya aku mempersiapkan diri untuk menjalankan tugas keseharian. Ya, harus berangkat menuju tempat kerja, walaupun masih dalam situasi vandemi. Aku selalu berpikir positif saja tentang covid-19. Terpenting menjaga protokol kesehatan. Terlebih memakai masker merupakan harga mati.

Setelah persiapan yang dibutuhkan terselesaikan, aku langsung menuju sepeda motorku yang di simpan di teras depan. Setelah memanaskan motor, aku langsung menelusuri jalan desa. Belum juga sampai ke tempat kerjaku, tiba-yiba gawaiku berbunyi.

“Ada pesan masuk” gumamku.

Aku terus melanjutkan perjalanan. Pikirku nanti saja setelah sampai di kantor baru aku buka gawainya. Hanya berselang beberapa menit, aku pun sampai di tempat parkir. Aku langsung menyimpan motor. Dengan satu kali gerakan, aku langsung mengambil gawaiku. Aku buka pesan yang sebelumnya belum di baca. Ketika pesan terbuka, ternyata pesan yang dikirimkan adikku. Tulisannya sangat jelas “ Ibu sakit”. Pesan yang sangat singkat. Akan tetapi membuat keringat dingin keluar. Pikiranku pun terus bermain-main untuk bisa secepatnya bertemu Ibu. Maklum sudah puluhan tahun, aku berada di perantauan. Walaupun tidak jauh dari kampung halaman dimana tempat ibuku sekarang berada, tapi cukup menguras pikiran. Bukan apa-apa,maklum pekerjaanku terkadang mengisi tiap harinya.

Aku terus memutar otak untuk segera menemui ibuku. Akhirnya aku pun menemukan waktu yang dianggap tepatbrtemu ibu. Ya, ibuku orang yang sangat berjasa dalam kehidupanku. Aku bisa mendapatkan segala-galanya salah satunya kaena jasa ibuku. Aku sangat merindukan ibuku. Terlebih beliau sedang sakit. Ya, Allah dalam kesunyian aku memohon pada-Mu sembuhkanlah Ibuku dengan kasih sayangMu. Sesuangguhnya aku manusia yang tidak berdaya.