Malaikat Kehidupan
Mentari bersinar menyongsong kehidupan anak manusia dimuka bumi, awan cerah menjadi perhiasan langit yang membobrok semangat. Ayam berkokok melepas fajar diufuk timur, kicauan burung menyapa menggoda ribuan kaki untuk segera bangkit dari tidur karena dunia begitu keras untuk para pemalas.
“Deliana bangun, Nak,” Bunda memanggil putri semata wayangnya.
Mendengar suara Bunda Deliana menyingkirkan selimut yang masih menutupi tubuh, kakinya melangkah kesebuah kamar kecil yang berada didalam kamarnya. Karena Deliana melanjutkan tidur, setelah melaksanakan sholat subuh tadi.
“Sudah bun, lagi mandi,” Teriak Deliana setelah masuk kedalam kamar mandi.
Terdengar suara gemericik air ketika keran diputar, Deliana membasahi tubuhnya terasa dingin membuat dia sedikit menggigil. Didalam kamar bunda melihat tempat tidur putrinya sangat berantakan, seperti ada peswat jatuh. Penuh kasih sayang Bunda merapikan satu persatu semua barang yang ada di tempat tidur, kalau menunggu putrinya ini entah kapan tahu dia akan merapikannya.
“Kamu baru mandi ya?,” Tanya bunda berbisik didepan pintu kamar mandi.
“Udah selesai bun, tara...,” Deliana keluar dari kamar mandi sudah mengenakan celana hitam dan kemeja putih, pakaian ciri khas orang yang akan mencari kerja.
Bunda tersenyum sumringah melihat deliana sudah rapi, matahari pagi menyelinap masuk dari jendela kamar. Bunda melihat Ayah sedang mencuci motor tua kesayangannya, sejarah hidup bersama wanita cantik yang dia nikahini, kini menjadi ibu untuk putrinya Deliana.
“Kita sarapan Nak” Ajak Bunda.
Tangan mengikat sepatu dengan tali menyilang masuk kesetiap lubang yang berada di pinggir badan sepatu hingga rapat, Deliana sedang memakai sepatu. Setelah memastikan sepatu rapi Deliana mengambil Map berwarna coklat yang sudah dia tulis semalam. Hari ini dia bereaksi kembali mencari pekerjaan.
“Nak, sarapan dulu,” Bunda menyapa Deliana.
Dimeja makan, dihadapan deliana sudah tersedia nasi goreng dan segelas susu putih yang Bunda siapkan. Ayah bergabung bersama mereka setelah mencuci motor, wajah laki-laki paruh baya itu tersenyum kepada putri cantiknya.
“Kok ayah senyum-senyum si,” Ujar Deliana.
“Gapapa kan sama putri ayah yang cantik,” Kata Ayah sambil tertawa kecil menggoda.
“Del, gimana dengan hasil tes SNMPTN kamu,” Tanya Bunda.
“Hari ini Bun hasilnya,” Jawab Bunda.
“Semoga hasil terbaik menyertai kamu sayang,” Bunda memegang jemari purrtinya.
Deliana menghela nafas semoga doa Bunda menjadi jalan baginya lulus ikut seleksi SNMPTN, dengan cara ini dia bisa kuliah tanpa tumpang tindih kepada Orang tua.
Deliana sangat memahami kedaaannya saat ini Karena Ayah sudah tidak bekerja seperti dulu, Ayah telah dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja karena dijebak oleh temannya sendiri. Mereka mengalami kebangkrutan karena harus mengganti rugi terpaksa sana sini memiliki hutang.
Saat ini mereka hanya bertahan dari penghasilan Bunda menjual kue dan Ayah sebagai ojek pangkalan, penghasilan ayah tak menentu kadang kalau banyak penumpang mampu membawa tiga ratus ribu untuk mereka makan dan tabungan sedikit demi sedikit.
“Tapi kalau nggak lulus, Deliana sampai SMA aja,” Ujar Deliana.
“Kenapa Nak, kamu nggak yakin ya?,” Tanya Bunda.
“Kayanya kerja lebih seru,” Kata Deliana.
“Tapi janji Ayah Bunda dulu mau kuliahin kamu, tapi mungkin tidak bisa sebagus harapan Ayah dulu kampus buat kamu,” Tutur Ayah sambil menuang air putih kedalam gelas.
“Sampai SMA pun cukup Yah, Deliana ikut seleksi SNMPTN ini juga iseng-iseng,” Ucap Deliana.
“Nggak boleh isengi-iseng, kalau tidak lulus ada Ayah dan Bunda” Ayah tersenyum.
Deliana menatap kertas itu, matanya berkaca-kaca dengan pikiran yang masih berambang bagaimana nasib mereka jika harus ditambah tanggungan biaya kuliah. Pasti mereka akan memiliki lubang lagi untuk berhutang, sudah cukup bagi Deliana melihat Ayah Bunda dicaci dimaki dengan orang karena menanggih hutang. Kini saatnya Deliana mengganti semua perjuangan Ayah Bunda dengan bekerja dan berusaha memberikan kehidupan yang baik seperti dulu.
“Deliana kerja sambil kuliah,” Ujar Deliana.
“Tapi janji kamu harus lebih mempriotaskan kuliah, karena kamu harapan kami Nak, seberapa sulit nanti kami ikhlas dan siap menempuh jalannya,” Ujar Ayah.
“Ada kalanya Deliana patah, tapi Allah maha baik menitipkan orang tua sehebat Ayah Bunda,” Ucap Deliana mendapat balasan senyum manis dari kedua malaikat hidup.
Usai sarapan, Ayah mengantar Deliana pergi menuju perusahaan yang akan didatangi. Doa selalu mengigiringi langkah putrinya, Kaki ayah menyela motor hingga terdengar suara mesin berbunyi. Salam keberangkatan Ayah dan Anak untuk Bunda dengan suara klakson motor. Bunda tersenyum sambil melambaikan tangannya berharap sang Putri dimudahkan jalannya oleh Allah.
Angin berdesir membuat jilbab yang Deliana kenakan bergoyang-goyang merambai, Ayah mengemudi dengan sangat hati-hati.
“Yah, gimana ya nanti Deliana,” Tanya Deliana suaranya terbawa angin menyelinap kedalam helm yang dipakai Ayah.
“Yakin aja nggak usah ragu, perusahaan itu pasti terima kamu,” Jawab Ayah sangat yakin, agar putrinya tak patah semangat.
Lalu lalang kendaraan yang menerobos setiap sepanjang jalan membuat suasana bising dengan mesin, kekencangan pengemudi saling beradu kecepatan agar sampai ketempat yang mereka tuju dengan cepat.
Deliana sudah sampai ditempat dia melamar pekerjaan, Ayah menunggunya diparkiran. Langkahnya menyusuri jalan dari parkiran. Tangan membuka pintu kaca, didalam dia melihat banyak kaula muda sedang berdiri membawa Map Coklat dan pakaian yang sama dengannya.
Hati Deliana melemah ketika melihat banyak saingan dia bekerja, mungkin saja diantaranya sudah memiliki titel untuk mendapatkan pekerjaan ini. Mulut Deliana berkomat kamit memanjatkan doa semoga Allah membukakan jalan baginya untuk memulai kehidupan baru sebagai orang dewasa.
Wanita berpakaian seksi datang menghampiri pelamar yang sedang menunngu kepastian dimana Map ini akan dia kumpulkan.
“Untuk para pelamar, tolong kumpulkan CV yang kalian bawa. Untuk siapa saja yang lolos kami akan hubungi via telepon,” Ujar wanita itu berbicara dengan jelas.
Satu persatu Map itu dikupulkan diatas meja kerja secara bergiliran kemudian keluar dari ruangan, beberapa diantaranya ada yang suka mengenal satu dengan yang lain dan juga datang dengan kendaraan sendiri.
Ayah sedang asik berbicara dengan security didepan sambil menunngu putrinya berjuang, meski tidak tega melepas Deliana untuk bekerja namun harapannya bertentangan dengan takdir.
“Putri saya sudah selesai pak, nanti kita sambung ya kalau saya kesini lagi,” Ujar Ayah kepada security.
“Semoga anak bapak diterima ya pak,” Kata security turut mendoakan Deliana.
Dari jarak yang tidak begitu jauh mata Deliana melihat Ayah sedang berjalan sambil membawa air botol akua yang sedang digenggam, tenggorokan Deliana jadi mendadak kering rasanya seperti segar sekali jika dia meminum air itu.
“Gimana Nak?,” Tanya Ayah.
“Nanti dihubungi via telepon,” Jawab Deliana.
Ayah memberikan helm berwarna hitam kepada sang putri, melihat langit begitu cerah doa Ayah tak pernah lepas untuk kehidupannya terutama putrinya, harapan mereka yang sangat kuat untuk kembali bangkit.
Ayah memasukkan kunci motor kemudian menyela beberapa kali hingga akhirnya motor menyala dengan suara khas. Mata Deliana menatap kembali untuk yang terakhir kalinya dia melihat perusahaan ini, terbesit harapan ‘semoga dia diterima.
Laju motor yang Ayah kendarai membawaDeliana, untuk mengantrkan Map kebeberapa perusahaan. Dengan bekal nasi kotak mereka makan bersama dipinggir jalan saat sedang beristirahat.
***
Sementara dirumah Bunda sedang asik memasukkan kue dalam mika satu persatu untuk diantar kepada pemesan, beberapa jenis kue tertata rapi dengan warna warni menggoda perut, sebagian kue sudah ada yang memesan dan sebagian kue untuk dititipkan ditoko toko kecil. Deliana juga sering membantu Bunda dengan menjual via online, Alhamdulillah banyak pengguna media sosial yang memesan.
Tok...Tok...Tok terdengar suara pintu berbunyi, Bunda segera bangkit dan berjalan kedapan pintu melihat siapa yang datang. Ada kurir paket datang membawa amplop putih atas nama Deliana putri yang tertera diamplop itu, dengan senang hati bunda segera menerimanya.
“Terimakasih pak,” Ucap Bunda.
“Sama-sama Bu,” Balas pengantar paket.
Bunda menyimpan ampolp itu dia akan memberikan kepada putrinya ketika sudah pulang. Wangi aroma kue tercium dirongga hidung, hanya tinggal beberapa lagi kue siap diantar oleh Bunda dengan mengendarai Sepeda untuk jarak yang dekat.
Mengayuh sepeda kini Bunda telah kehilangan zona nyaman, saat Ayah memberinya banyak fasilitas hidup dari hasil kerja. Tetapi saat ini, dia harus menjelma menjadi tulang punggung kedua bagi Deliana, karena masih ada visi dan misi mereka sebagai orang tua untuk menjamin keberlangsungan hidup putrinya terutama pendidikan.
Kesulitan bagi orang tua hanyalah ujian seberapa kuat untuk terus mempertahankan anak-anaknya, bagi Bunda dan Ayah fase ini adalah anugerah dimana mereka bisa lebih memperhatikan anaknya, meski jalan untuk mencapainya saat ini Allah beri kesulitan. Tetapi dengan keiklhlasan dan keyakinan dengan Dzat yang maha memberi mereka yakin bisa melalui semua dan putrinya mampu mendapatkan pendidikan yang akan membawanya nanti.
Ilmu adalah warisan yang paling baik sepanjang kehidupan, investasi yang tidak akan pernah hilang meski genangan air menghadangnya. Ilmu yang paling kuat meski ratusan kali raga melemah, dengan harapan sederhana semoga Deliana menjadi manusia yang bermanfaat bagi banyak orang.
“Bu saya mau kuenya lebih banyak ya dititipinya,” Pinta memilik toko. Membuat Bunda tersenyum bahagia
“Iya siap Bu, ini untuk Ibu,” Bunda memberikan plastik berissikan keu untuk pemilik toko, sebagai tanda terimakasih sudah mau menerima titipan kuenya.
“Semenjak ada kue ibu, toko saya jadi ramai, katanmya enak Bu,” Ujar pemilik toko.
“Alhamdulillah Bu, saya bersykur semoga laris terus ya Bu” Bunda tersenyum mendapatkan pemilik toko yang ramah.
“Ibu juga semangat semoga memiliki toko kue disamping kios toko saya,” Katanya.
”Aamiin, saya pamit dulu ya Bu,” Ucap Bunda.
Langit sudah mulai kehilangan cahaya matahari karena sinarnya telah pudar berganti senja, Bunda segara pulang takut suami dan anaknya sudah sampai dirumah dia tidak ada. Karena harus mengantar kue yang lain, agar masak lauk pauk tak kesorean.
***
Perusahaan terakhir yang hampir ditutup oleh security, dengan kerja keras Deliana berusaha membujuk security untuk memberinya kesempatan masuk kedalam untuk bertemu dengan atasan yang sudah dia berikan janji, tetapi kedatangan Deliana mengulur sedikit waktu krena kejebak macet dijalan.
“Ada apa ini?,” Tanya laki-laki berjas hitam, pakaian ini sama seperti dulu Ayah bekerja sangat terlihat gagah.
“Ini Pak saya ingin bertemu Bapak wahyu dengan saya Deliana Putri, yang sudah berjanji akan datang, namun saya sadar mengulur waktu karena macet,” Deliana berusaha menjelaskan kepada laki-laki tua paruh baya, wajahnya terlihat sabar dan baik.
“Gapapa, kita masuk dulu bicara didalam saja,” Ajaknya.
Deliana masuk kedalam ruangan melihat sudah rapi-rapi para karyawan lainnya, beberapa sudah pulang membawa tas. Didepan meja dengan nama Wahyu Rosadi, Deliana duduk dikursi tak percaya kalau orang yang menerimanya tadi adalah Pak Wahyu, Pemilik perusahaan yang telah dia kenal satu tahun lalu. Saat itu Deliana menolong Pak wahyu karena ban mobilnya bocor saat hendak terburu-buru berangkat meeting, ada Deliana yang membantu menelpon Ayah untuk mengantarkannya.
“Saya masih ingat kamu, Anak yang menyelamatkan tender saya,” Ujar Pak Wahyu.
“Saya cuma bantu Bapak panggil Ayah aja pak,” Ucap Deliana.
“Kamu berjasa Nak” Ujar Pak wahyu.
“Apa Ayah kamu hanya tukang ojeg? Sepertinya dia cukup pintar,” Sambung Pak Wahyu.
Deliana menghela nafas sebelum menceritakan semua, memilih beberapa cerita yang harus dia ceritakan dan bebrapa yang harus dia simpan, mengingat masa lalu sulit rasanya melihat Ayah menangis kehilangan pekerjaan.
“Ayah dulum kerja Pak diperusahaan, Sebagai Divisi Keuangan, tapi Ayah dipecat karena kasus penggelapan uang dijebak sama temanya. Tapi Ayah tidak sampai menjadi napi, karena kita menggangti uang perusahaan dengan menjual semua aset,” Tutur Deliana.
“Itu hal biasa, Bapak pernah mengalaminya sebelum seperti ini, bisa telpon Ayah kamu untuk datang kemari,” Pinta Pak Wahyu.
Deliana tersenyum dengan segera menelpon Sang Ayah, tak banyak percakapan Deliana hanya mengucapkan salam dan meminta Ayah masuk kedalam ruangan Pak Wahyu lalu menutup kembali.
“Ini CV saya Pak,” Ujar Deliana memberikan Amplop Coklat.
“Usia kamu harusnya kuliah Nak, gimana kamu kuliah tidak?,” Tanya Pak Wahyu.
“Insya Allah Pak, nunggu pengumuman seleksi,” Jawab Deliana tersenyum semringah.
Ayah sudah sampai diruangan Pak Wahyu setelah mengetuk pintu dan dipersilakan masuk langkah Ayah terdengar, merasakan kembali ruangan yang dulu juga seperti ini tempatnya bekerja.
“Silakan duduk Pak,” Ujar Pak Wahyu.
Ayah duduk dukursi sebelah Deliana, hidungnya menghirup wewangian segar setelah bebarapa saat menunngu diluar bersama poluisi.
“Saya ingin menerima kamu, kebetulan dikantor ini sedang membutuhkan karyawan bagian keuangan,” Kata Pak wahyu, mata Ayah membelalak menatap Pak Wahyu
“Saya tidak membawa Surat lamaran Pak,” Ujar Ayah.
“Besok kamu bawa ya, sambil masuk kerja, dari obrolan kita sepanjang jalan sepertinya kamu sangat pandai,” Ucap Pak Wahyu.
Ayah bangun dari kursi, dia sujud dilantai yang bersih tak berdebu itu mengutarakan rasa syukurnya atas nikmat Allah. Deliana menyusul ikut bersykur dan memeluk Ayah, akhirnya kesabaran Ayah telah Allah jawab dengan renacanya.
“Terimakasih Pak, terimakasih telah memberi kesempatan,” Ucap Ayah.
“Saya yang mendapat kesempatan dan tidak kehilangn orang cerdas seperti kamu, selamat bergabung. Titip amanah putrimu harus kuliah,” Kata Pak Wahyu.
“Terimakasih Pak, Deliana janji kuliah sebaik mungkin,” Ucap deliana.
“Gitu dong semangat, soalnya kamu pintar nanti bisa kerja disini.” Kata Pak Wahyu.
“Pasti Pak, Deliana senang banget ya Allah,” Isak Deliana.
Setelah berpamitan Deliana dan Ayah pulang kerumah dengan berita bahagia, tak lupa Ayah membeli sate yang menjadi makanan terenak setelah mereka mengalami kebangkrutan. Dua puluh tusuk Ayah membeli sate daging sapi untuk makan mereka sore ini.
sangat menyayangi hamba-Nya yang bersabar. Kesabaran itu seperti buah, tidak ada buah yang rasanya manis, jika pemilik pohonnya tak sabar untuk memupukinya.
“Bunda, Assalamualaikum,” Ucap Ayah dan Deliana berbarengan sangat kompak, dengan wajah berseri seri mereka menunggu bunda meja makan, karena tidak ada bangku lagi selain bangku meja makan.
Deliana menuang air dari teko, dia menengguk satu gelas air menghilangkan dahaganya. Mata Deliana melihat secercah amplop berwarna putih, dia mengambil dan membacanya atas nama Deliana Putri yang tertera. Penuh semangat segera dia membuka, Ayah melihat Putrinya sambil cengar cengir bahagia.
“Sudah pulang, maaf ya Bunda Baru sampai Antar kue,” Ujar Bunda.
“Sudah sini duduk, kita bahagia,” Ucap Ayah, Bunda Menurutinya.
Dari pelipis mata menetes segelintir air tangis, ketika Deliana membaca surat itu. Rasa syukur nya tak terhingga, setelah Ayah mendapat pekerjaan kini kembali dititipkan nikmat, Deliana lulus seleksi SNMPT. Segera dia memberikan surat itu kepada Ayah dan Bunda, sambiil memeluk keduanya yang sedang duduk dibangku.
Bunda dan Ayah membaca perhalan hingga sampai ditulisan bercetak tebal orang tuanya membaca tulisan Lulus seleksi SNMPT, Bunda sangat bahagia belum lagi Ayah yang berlipat kebahagiaan.
“Allah sayang banget sama kita,” Ujar Deliana.
“Ini karena Ayah dan Bunda yang elalu sabar sabar dan ikhlas, mampu mengantarkan Deliana seperti ini,” Ucap Deliana membuat terharu orang tuanya.
“Allah sayang sama kamu Nak, karena Allah tahu kamu anak yang baik untuk Ayah dan Bunda,” Ucap Bunda memeluk Deliana dan mencium keningnya.
“Ayah juga punya kabar bahagia Bun, Ayah sudah mendapatkan pekerjaan karena Deliana,” Ujar Ayah.
“Alhamdulillah Yah, Ayah beneran kan?,” Tanya Bunda.
“Iya, terimakasih ya Nak,” Ayah memeluk Deliana dan Bunda.
Sabar adalah perbuatan yang mulia meski prosesnya tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi Allah telah menjamin kepada hamba-Nya yang bersabar. Nikmat Allah tak terukur jika kita pandai bersyukur.
Akhirnya kehidupan Deliana dan Orang tuanya kembali normnal dengan Ayah sudah memiliki pekerjaan kembali dan Deliana mendpatkan beasiswa kuliah serta penjualan Bunda yang Semakin pesat.
“ Ikhlas adalah perbuatan hati, hati yang ikhlas akan selalu berbat baik.”
TAMAT
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar